Kabar1lamongan.com – “Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupi mu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” Sebuah lirik lagu yang cukup legendaris berjudul Kolam Susu ciptaan Koes Plus yang menggambarkan betapa makmurnya tanah negeri ini, khususnya kabupaten Lamongan kecamatan Sugio.
Kekayaan alam yang melimpah, tanah yang subur sehingga cocok untuk dijadikan lahan pertanian dan pas untuk segala jenis tanaman sesuai dengan musim dan cuaca saat itu. Dari potensi alam tersebut muncul komoditi tanaman tertentu, selanjutnya menghasilkan hasil panen, tentunya pula hasil panen itu tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, melainkan dijual dengan tujuan mengembalikan modal awal saat tanam, perawatan serta peruntukan lainnya untuk investasi masa depan petani.
Berikut ini hasil reportase eksklusif tim kabar1lamongan.com kepada petani melon. Dalam wawancara ini banyak hal yang disampaikan, termasuk harapan ke depan serta perhatian pemerintah terhadap petani melon dari pembinaan sebelum tanam hingga pemasaran. Sabtu, (16/01/2021).
Pak Trisman petani melon yang sudah 6 tahun menggeluti tanam buah melon jenis pertiwi, beliau bersama 60 orang petani melon lainya di dusun Slempit, desa Pangkatrejo, kecamatan Sugio, kabupaten Lamongan.
Suka duka dan cerita panjang dari beliau, mulai tanam dari bulan 10 yakni Oktober, masa pemupukan selama 30 hari saja, klo di masa perawatan tinggal penyiraman saja yaitu di usia 30 – 40 hari dan sampai di hari ke 50 – 60, melon sudah bisa di panen. Dalam 1 tahun bisa panen sampai 3 kali.
Kalau dimusim hujan tidak bisa diprediksi berapa hari penyiraman untuk perawatannya. Biasa nya seminggu 3x penyiraman air.
Dilahan cengkal bumi 300 nya dia bisa menghasilkan 12 Ton. Melon Yang kualitas super adalah ukuran 2,5 Kg biasa nya yang di minati pembeli yang berasal dari luar kota Lamongan dengan system tebas lahan.
“Melon sini di beli pengepul dari luar kota, kebayakan di kirim ke Bandung, Jakarta, Serang, Rembang, Sragen dan Nganjuk. Bahkan dijual sampai luar Jawa, Kalimantan, Papua, Palembang, ada juga sebagian di expor ke Singapura yang ukuran super itu”, ujarnya.
Kendati demikian kendala yang paling berat dirasakan petani melon adalah adalah tikus dan stok pupuk yang sulit, meski beli pupuk non subsidi. Terkadang petani melon mengakali keterbatasan pupuk tersebut dengan pupuk organik yang di buat petani lain nya.
Pak Trisman juga menjelaskan selama ini dirinya dan petani melon Slempit, Pangkatrejo Sugio belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah Desa atau Kabupaten. (F2/yos”03)