Daerah Santri Bergerak Bela Kyai: Dari Lamongan, Suara Adab Menggema ke Seluruh Nusantara

Santri Bergerak Bela Kyai: Dari Lamongan, Suara Adab Menggema ke Seluruh Nusantara

Santri Bergerak Bela Kyai: Dari Lamongan, Suara Adab Menggema ke Seluruh Nusantara

Kabar1lamongan.com – Dari halaman Kantor PCNU Lamongan, ribuan santri berpeci hitam dan bersarung rapi menata barisan. Selasa pagi, 21 Oktober 2025. Bukan untuk ziarah kubur, bukan pula apel akbar, melainkan aksi damai bertajuk #Santri Nderek Kyai — Bela Kyai, Bela Marwah Santri.

Dengan aba-aba dari Gus Syahrul Munir, Ketua PCNU Lamongan, rombongan diberangkatkan secara simbolik. “Santri iku kudu nduwe rasa, Nek kyai diremehno, yo ora iso diem wae!” ujarnya melalui sambungan telephone. Yang speakernya ditempelkan di Mic. Sontak, pekik takbir dan deru sholawat khas santri menggema.

Advertisement

Titik pertama aksi menuju Mega Finance, salah satu jaringan TransCorp di Lamongan, sebelum berlanjut ke Surabaya. Santri se Jatim berkumpul di Masjid Akbar, lalu bergerak serempak ke Gedung DPRD Jawa Timur. Di sanalah gelombang besar aksi nasional santri bertemu ; satu suara, satu tekad, satu sarung, #NderekKyai.

Gus Ahmad Dzikrulloh Habib, Kordinator aksi mengatakan “Kami ini santri, beradab kepada kyai, bukan objek lelucon Murahan,” tegasnya dengan gaya khas santrinya yang santai tapi menusuk tajam.

Gus Ahmad Dzikrullah Habib, (Dua dari kanan). Saat merapatkan barisan santri didepan kantor PCNU Lamongan. Foto : kabar1

Ia melanjutkan dalam orasinya, “Santri bukan pemeran figuran di sketsa yang menyinggung harga diri. Trans7 dan pegawainya sudah keterlaluan,” keluhnya sembari mengingat pemberitaan tv itu beberapa waktu lalu.

“Kalau tidak ada permohonan maaf terbuka — tertulis, dan dibacakan di studio Trans7 sendiri, maka tunggu saja, aksi berikutnya akan lebih besar. Bukan hanya di Lamongan, tapi di seluruh Indonesia”,Lanjutnya

Dalam kesempatan singkat itu, Gus Dzik, akrab disapa itu meminta kepada TransCorp dan jaringanya. Untuk mengindahkan beberapa hal :

Pernyataan terbuka dari Chairul Tanjung, selaku pemilik TransCorp.

Komitmen untuk memperbaiki narasi media, agar tidak lagi merendahkan kaum santri, kyai, dan pesantren.

Sosialisasi etika jurnalistik berbasis nilai keislaman di seluruh jaringan TransMedia.

“Kami bukan anti kritik, tapi jangan main-main dengan marwah kyai. Kalau mau bikin lucu, santri juga bisa lebih lucu — tapi tetap sopan dan beradab.” lanjutnya.

Santri Bergerak, Sarung Berkibar sepanjang perjalanan, barisan santri membawa poster, pamflet dan poster dengan tulisan ;

“Boikot Trans7 dari siaran tv nasional”

“Kami Santri, Bukan Materi Candaan Prime Time!”

“Kyai Diserang, Santri Bertandang!”

“Trans7 Butuh Ngaji, Biar Paham Adab”

Di sela-sela orasi, terdengar seloroh dari seorang santri asal Payaman – Solokuro

“Biasane santri ngaji di depan kyai, saiki Trans7 kudu ngaji di depan santri!” ujarnya

Gelak tawa pun pecah — tapi di balik tawa itu, ada bara kesungguhan. Bahwa santri bukan kelompok pasif yang mudah disalahpahami. Santri itu lentur tapi tidak rapuh, sabar tapi punya batas, kalem tapi kalau marah bisa jadi gelombang.

Santri Tidak Ingin Ribut, Hanya Ingin adab kembali ditegakkan.

Aksi #SantriNderekKyai bukan sekadar unjuk rasa. Ini adalah pelajaran moral nasional. Bahwa kehormatan seorang guru adalah kehormatan umat.

Santri dari berbagai pesantren dan alumni ormas Islam menyatakan siap turun ke jalan jika permintaan maaf tidak segera dikabulkan.

Seperti juga saat lantunan doa dan sholawat, pun hizib nashor, yang di pimpin Gus Ahmad Zuaimuddin, yang di bacakan didepan Gedung Mega Finance Lamongan.

Peserta aksi itu menambahkan, “Kami tidak sedang mencari panggung. Kami sedang menjaga mimbar — agar tempat ilmu tetap dimuliakan, bukan dijadikan bahan candaan, apalagi hinaan,” celetuknya.

#SantriNderekKyai berpesan. Santri bisa sabar, tapi jangan dites kesabarannya. Karena kalau sudah bergerak, bukan cuma sarung yang berkibar — tapi juga harga diri yang tak bisa ditawar. Farid. (**)

Advertisement