Daerah Dialektika Pancasila: Pancasila Harus Didialogkan

Dialektika Pancasila: Pancasila Harus Didialogkan

Dialektika Pancasila: Pancasila Harus Didialogkan

Kabar1lamongan.com : Dalam perjalanan bangsa, sering kali kita menjadikan Pancasila sebagai simbol pemersatu, namun takut membicarakannya secara kritis. Di sinilah kekeliruan terjadi. Menempatkan Pancasila sebagai doktrin yang tidak boleh disentuh kritik justru menjadikannya kaku dan jauh dari kehidupan nyata. Padahal, Pancasila sejatinya bersifat dialektis, terbuka terhadap tafsir, diskusi, bahkan revisi praksis dalam kehidupan berbangsa.

Kita hidup di zaman yang berubah cepat. Masyarakat digital menghadapi krisis identitas, informasi berseliweran tanpa filter, dan ideologi transnasional kian mudah masuk. Dalam situasi ini, Pancasila harus dibicarakan ulang dengan cara yang segar, rasional, dan menyentuh realitas generasi baru.

Advertisement

Dialektika Pancasila adalah proses menghidupkan kembali makna-maknanya dalam konteks hari ini bukan membekukannya dalam seremoni dan jargon. Kita harus berani menanyakan, misalnya: Apakah keadilan sosial sudah kita wujudkan? Apakah demokrasi kita mencerminkan kebijaksanaan dan musyawarah? Apakah keberagaman masih kita rawat dengan adab dan kasih?

Pancasila bukan peninggalan sejarah yang cukup dikenang. Ia adalah proyek kebangsaan yang harus terus diperjuangkan.

Memperjuangkannya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab semua warga negara, guru, jurnalis, politisi, petani, pemuka agama, hingga anak muda di media sosial.

Ketika ada ketidakadilan, korupsi, ujaran kebencian, dan diskriminasi, maka itu bukan hanya masalah hukum tetapi juga bentuk pengkhianatan terhadap Pancasila. Sebaliknya, ketika ada gerakan literasi, solidaritas antarsuku, musyawarah warga dalam menyelesaikan konflik, atau usaha menyejahterakan rakyat kecil, di sanalah Pancasila hidup.

Pancasila akan tetap relevan hanya bila kita terus menghidupkan nilai-nilainya dalam tindakan nyata dan menjaganya tetap terbuka terhadap diskusi lintas generasi.

Sudah saatnya kita berhenti menjadikan Pancasila sebagai pajangan dan mulai menjadikannya napas dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk itu, kita harus membuka ruang untuk mendialogkan Pancasila, agar setiap generasi mampu memahami dan menghidupkannya sesuai zamannya tanpa kehilangan jati diri bangsa.

Pancasila bukan dogma yang anti kritik. Ia adalah jalan hidup bersama yang terus diperjuangkan dalam keberagaman, dalam perbedaan, dalam keadilan, dan dalam kebijaksanaan. Pancasila telah menjadi dasar negara yang kokoh tidak tergantikan karena lahir dari saripati nilai-nilai, norma, budaya, adat istiadat, dan keanekaragaman bangsa Indonesia. Mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain selain Pancasila hanya akan melahirkan kegoyahan, disintegrasi, dan bahkan kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Red)

Selamat Hari Lahir Pancasila! Pancasila, jaya! NKRI, Harga mati!

Oleh : Dr. R. Chusnu Yuli Setyo, M.Pd – MPO FKBN (Forum Kader Bela Negara) Kabupaten Lamongan.

#FKBNLamongan #dialektikapancasila

#pancasila #harilahirpancasila #belanegara

Advertisement