Miris! Balita Meniggal Pasca Operasi Usus Buntu, Komisi D DPRD Lamongan Bersuara.
Kabar1lamongan.com – Komisi D DPRD Lamongan soroti meninggalnya balita pasca operasi usus buntu dan meminta manajemen RSU Muhammadiyah Babat dan RSUD dr. Soegiri Lamongan untuk mengevaluasi kinerja para dokter spesialis.
Meninggalnya Inda Kusuma Wardhani, 4 tahun, pasca operasi usus buntu di RSU Muhammadiyah Babat yang kemudian dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan itu, menyisakan kekecewaan di pihak keluarga. Kejadian ini pun menambah catatan kelam track record penangganan medis dan pelayanan rumah sakit di Kabupaten Lamongan.
Sorotan tajam ini datang dari Komisi D DPRD Kabupaten Lamongan dari Fraksi PDI Perjuangan, Erna Sujarwati. Ia menyebut, kasus Inda bukan satu-satunya. Beberapa pasien lain yang ditangani dokter yang sama, pernah dikabarkan juga mengalami infeksi serius pasca operasi.
“Ini bukan kejadian pertama. Disinyalir Beberapa pasien mengalami infeksi berat usai tindakan bedah oleh oknum dokter ini. Satu di antaranya telah meninggal dunia,” ujar Erna. Senin, (5/5/2025).
Diceritakan Erna, pihak keluarga sempat mengalami kesulitan ketika kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat di RSU Muhammadiyah Babat. Yang kemudian, Inda akhirnya dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan dan langsung masuk ICU.
“Kami sampai kejar-kejaran dengan waktu. dari Bupati, Dinsos, Dinkes, semuanya turun tangan saat itu supaya Inda itu bisa dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya,” Ujar erna.
Inda akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya pada 21 April 2025 dalam kondisi kritis akibat infeksi yang sudah menyebar. Ia sempat menjalani dua kali operasi laparatomi, namun nyawanya tak tertolong. Pada sabtu, 3 Mei 2025, mirisnya bocah malang itu mengembuskan napas terakhirnya.
Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan dan meminta manajemen RSU Muhammadiyah Babat dan RSUD dr Soegiri Lamongan untuk mengevaluasi kinerja para dokter spesialis. Terutama yang punya rekam jejak kurang baik dalam penanganan pasien.
Di sisi lain, Ketua IDI Cabang Lamongan, dr Budi Himawan, bersuara terkait kejadian ini.
“Kan harus bisa dibedakan mana komplikasi medis dan mana kelalaian,” ujar dr. Budi seraya mengatakan IDI Lamongan belum menerima laporan terkait dokter spesialis bedah tersebut.

Sementara itu, Mutmainnah, nenek Inda Kusuma Wardhani juga menceritakan awal kejadiannya. Bermula saat sang cucu menjalani operasi usus buntu pada 7 April 2025 di RSU Muhammadiyah Babat. Enam hari kemudian dipulangkan, meskipun kondisi jahitannya dinilai belum pulih sempurna.
“Bau menyengat dari bekas jahitan, cairan keluar, dan kesadaran menurun,” tutur Mutmainnah. Senin (5/5/2025).
Kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat oleh salah satu perawat RSU Muhammadiyah Babat di rumah.
“Pada 18 April, Inda dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan dan langsung masuk ICU. Dan dokter yang menangani juga sama. Tentunya, kami kecewa berat, mendalam. Kenapa kondisi seperti yang dialami almarhumah cucu saya itu harus terjadi? nyawanya tak tertolong sampai meninggal,” sambung nenek Mutmainnah.
Lebih lanjut, nenek Mutmainnah berharap, tidak ada lagi kasus yang sama terulang kembali menimpah semua warga di Kabupaten Lamongan. Organisasi profesi dokter harus bisa mengevaluasi kembali dokter tersebut.
“Kami sekeluarga mengimbau dokter di Lamongan mampu menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya. Ini soal nyawa manusia. Jangan dibuat mainan,” tutupnya. (Red)