Spirit Modo Berbudaya!! Jagong Budaya Menguak Kejayaan Desa Sambangrejo di Masa Lampau.
Kabar1lamongan.com – Kegiatan budaya jagongan budaya menguak kejayaan desa Sambangrejo di masa lampau di gelar di balai desa Sambangrejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan pada senin (20/3/2023), malam, yang diikuti oleh puluhan warga masyarakat dan tokoh desa Sambangrejo sekitarnya.
Narasumber utama dalam kegiatan “Jagong Budaya Menguak Kejayaan Desa Sambangrejo di Masa Lampau,” ini oleh Supriyo, Pengiat sejarah dan budaya Lamongan. Hadir juga sebagai narasumber lainnya yaitu, kang mas Syaiq yang dikenal sebagai jurnalis budaya dan mas Gunawan sebagai spiritual penerawang sejarah.
Turut hadir juga secara Khusus Camat modo, Ahmad Kurniawan, Kepala desa Sambangrejo bersama perangkat desa dan babinsa setempat.
Dalam sambutannya, Camat Modo, Ahmad Kurniawan, mengatakan Kecamatan Modo memiliki karakteristik kearifan lokal, nilai tradisi budaya yang kental di masyarakatnya, seperti halnya desa Sambangrejo.
“Modo memiliki nilai kearifan lokal, yang masih kental tradisi sejarah budayanya, perlu kita gali, apalagi kisah-kisah cerita rakyat, prasasti, sejak era Kerajaan yang nantinya diharapkan bisa meningkatkan spirit (semangat) cinta kepada budaya, tanah air, dan desanya khususnya. Diharapkan kedepannya juga dapat menjadi wisata budaya yang ada di kecamatan modo,” ungkapnya. Senin (20/3/2023) malam.

Dalam penjelasannya, Supriyo, Pengiat sejarah dan budaya lamongan menuturkan bahwasanya dari hasil penelitiannya selama bertahun-tahun tentang budaya dan sejarah di kecamatan Modo khususnya, Desa Sambangrejo ini memiliki nilai kearifan lokal dan cerita sejarah yang luar biasa pada masa lampau di abad ke 11 sesuai dengan terjemahan Prasasti Garaman.
“Harapannya Prasasti Garaman/Graman ini menjadi rujukan karena Desa Sambangrejo ini memiliki banyak data nilai sejarah dari abad 11 sampai abad 15. Pada dulu kala pada jaman kerajaan era Airlangga, desa Geraman/Graman (Sambangrejo;Nama sekarang-red) ini masuk dalam wilayah Jembala (Nama wilayah sebelum ada kabupaten Lamongan dahulu-red), ungkap data sejarah sesuai isi dari hasil terjemahan prasasti garaman,” terangnya.
Ditambahkan priyo, menurutnya tepatnya 26 Juli pada 970 tahun lalu (tahun 1053), desa Geraman (Nama dahulu) dinobatkan menjadi desa otonom.
“Jadi desa ini termasuk desa spesial, dan tepat pada tanggal 26 Juli desa ini mendapatkan hak khususnya. Dan mungkin pada tanggal itu bisa digunakan sebagai hari jadi desa, Karena pada saat itu desa ini dinobatkan oleh raja menjadi desa otonom, yaitu desa Khusus yang dapat mengatur kebijakannya sendiri, sebuah nilai penghargaan karena membela raja pada kala itu,” Kata Priyo.

Menurutnya (Priyo-red), data sejarah yang dikumpulkannya di wilayah desa Sambangrejo, khususnya di Kecamatan Modo olehnya bersama tim baru terkuak 50 % (Persen) dan masih akan terus berlanjut penelitian dan penelusurannya di wilayah modo.
Sementara itu, Gunawan sang penerawang sejarah, dalam pandangan telusur energi metafisikanya, menurutnya, bahwasanya ada korelasi/hubungan cerita sejarah desa Sambangrejo/Garaman/Graman dengan sitinggil, saat Patih Gajahmada masih muda.
“Gajahmada saat masa mudanya, beliau belajar dan digembleng di sini, yaitu di desa Garaman/Graman/Sambangrejo (nama sekarang-red) sebelum dirinya jadi seorang Maha Patih yang sakti mandraguna dan dapat menyatukan Nusantara,” tuturnya.
Jagong budaya ini berlangsung penuh hikmat dengan tanya jawab dan penuturan warga masyarakat/tokoh masyarakat setempat yang menjadi diskusi sejarah budaya yang menarik, guyup rukun dan penuh nilai kearifan lokal yang kental.
Senada dengan hal itu, kang mas Syaiq yang dikenal sebagai jurnalis budaya, bahwa semangat uri-uri budaya itu harus terus dilakukan untuk menjaga nilai-nilai luhur para pendahulu.
“Jagongan budaya menguak kejayaan desa Sambangrejo ini semoga menjadi semangat kita semua untuk uri-uri budaya untuk melestarikan nilai sejarah budaya yang mana dari kegiatan ini kita bisa lebih tergugah untuk kesadaran akan pentingnya mengenal diri kita sendiri, mengenal lebih dalam tentang sejarah dan budaya daerah kita sendiri. Cerita Ini harus dituliskan dalam sebuah buku yang mana akan menjadi sebuah informasi bagi generasi muda penerus agar tidak buta akan nilai-nilai luhur kearifan lokal, sejarah budayanya sendiri,” Jelasnya.

Diakhir acara diskusi budaya ini, Kembali juga dijelaskan oleh Camat Modo bahwasanya tim BPCB Mojokerto juga akan melakukan penelitian di wilayah Sitinggil, Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan pada hari Selasa, 21 Maret 2023.
“BPCB Mojokerto besok akan ke kecamatan Modo untuk meneliti, semoga lancar dan menjadi data tambahan kajian sejarah nantinya. Sesuai isi diskusi malam ini, dari hasil penelusuran sejarah dan kisah lampau bahwa untuk dapat membangun kecamatan Modo, dan dapat menguak sejarah budaya di wilayah Modo itu harus dimulai dari Desa Sambangrejo (Garaman/Graman),” Tutupnya, Sembari diiringi riuh sorak sorai semangat suara tepuk tangan warga masyarakat setempat. (F2)