Daerah Ketua HNTI Lamongan Menanggapi Kenaikan Harga BBM dan Turunannya Harga Rajungan

Ketua HNTI Lamongan Menanggapi Kenaikan Harga BBM dan Turunannya Harga Rajungan

Ketua HNTI Lamongan Menanggapi Kenaikan Harga BBM dan Turunannya Harga Rajungan

Kabar1lamongan.com – Dengan naiknya harga BBM oleh pemerintah membuat beban tersendiri bagi para nelayan yang mana akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sulit. Pasalnya, kebutuhan operasional nelayan yang melaut setiap harinya akan semakin meningkat seiring dengan naiknya harga BBM.

Harga BBM yang telah naik per 3 September 2022. Kenaikan harga BBM berlaku untuk jenis pertalite, pertamax, dan solar subsidi.

Advertisement

Selama ini BBM jenis pertalite masih dinikmati oleh para pengguna mobil pribadi. Padahal itu hanya boleh digunakan oleh rakyat miskin. Tercatat diberbagai sumber lebih dari 70 persen BBM subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.

Menanggapi Kenaikan Harga BBM tersebut Ketua Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan, Muchlisin Amar mengatakan, “Dengan rasio nelayan yang berjumlah sekitar kurang lebih 23.000 nelayan tradisional dan 6000 pemilik kapal di pantura pasti melaut, terutama pada bulan Agustus sampai oktober ini adalah musim yang kondusif, cuaca bagus untuk melaut, harga ikan juga bagus pada bulan-bulan tersebut,” terangnya.

Bagi nelayan tradisional pasti akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat sulit, karena naiknya harga BBM, karena kebutuhan operasional nelayan akan semakin meningkat, sedangkan pendapatan masih mengalami penurunan atau pasca pandemi masih dalam kondisi pemulihan,” kata Ketua Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan, Muchlisin Amar saat di wawancara.

Muchlisin mengungkapkan juga soal kondisi sulit yang dimaksud karena hingga saat ini untuk harga rajungan juga belum stabil. Rajungan ini juga menjadi komoditas tangkap utama bagi nelayan, Tapi nelayan sudah dihadapkan dengan kenyataan kenaikan harga BBM.

Menurut Muchlisin, walaupun sudah ada bantuan sosial BLT, tapi bantuan tersebut tidak cair setiap bulan atau pertiga bulan, harapannya BLT tersebut dapat diberikan kepada yang tepat sasaran, dan sesegera dilaksanakan, terutama para nelayan.

Naiknya harga BBM bersubsidi membuat kondisi berat nelayan, lanjut Muchlisin, pasti nantinya juga mengakibatkan harga-harga bahan pokok naik, dan pasti semakin menyulitkan ketahanan pangan terutama para nelayan, sedangkan operasional nelayan adalah setiap hari ketika mau melaut.

Masih oleh Ketua Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan, Muchlisin Amar, kembali menyinggung soal harga rajungan yang anjlok, Muchlisin menuturkan bahwa saat dirinya mengikuti rapar koordinasi Nasional, HNTI di Semarang beberapa waktu lalu, salah satunya pembahasannya soal ekspor rajungan.

“Ekspor rajungan kita saat ini sebagian besar masih ke pasar amerika serikat sehingga saat negara amerika mengalami Krisis inflasi tinggi itu mempengaruhi daya beli masyarakat amerika terhadap rajungan; Yang kedua adalah banyaknya reject (kembali) atas kualitas rajungan yang dikirimkan ke Amerika; ketiga adalah kuota ekspor rajungan ke Amerika menurun dikarenakan negara negara-negara lain banyak yang masuk ke pasar Amerika sehingga mempengaruhi jumlah pengiriman rajungan kita ke Amerika.

“Harapan kita adalah pemerintah pusat dan daerah juga memikirkan harga rajungan yang sudah 6 bulan jatuh, jangan dibiarkan tanpa solusi. Mohon pemerintah hadir di saat nelayan mengalami penurunan kesejahteraan akibat harga hasil tangkapan yang cukup murah ini,” tutup Muchlisin. (F2)

Advertisement