Komunitas Jurnalis : Tantangan di Era Digital, Harus Memiliki Banyak Keahlian

Jurnalis : Tantangan di Era Digital, Harus Memiliki Banyak Keahlian

kabar1lamongan.com – Wartawan atau jurnalis di era sekarang dituntut memiliki banyak kompetensi. Selain sertifikat uji kompetensi wartawan (UKW), wartawan disarankan melengkapi dirinya dengan sertifikat keahlian lain di bidang keahlian digital .

Hal itu pernah disampaikan oleh wartawan senior Hendro Basuki, pada saat uji kompetensi wartawan media cetak/online/radio, yang difasilitasi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Kamis (8/4/2021) disadur dari diskominfo jatengprov, Menurutnya, sekarang ini wartawan harus memiliki banyak ketrampilan. Wartawan saat ini mulai dari menulis, memuat berita, memuat foto, memberikan caption, mengedit, bisa dilakukan oleh satu orang, tanpa melibatkan banyak orang,

Penyelenggaraan UKW di Jawa timur sudah bisa dilakukan, minat para wartawan untuk mengikuti UKW juga cenderung meningkat. Artinya, ada ikhtiar dari rekan wartawan untuk meningkatkan kemartabatan. UKW merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan kemartabatan itu. Dengan kapasitas yang meningkat dan kompetensi yang teruji, secara otomatis wartawan akan mengarah kemartabatan itu.

Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya telah sukses menggelar Uji Kompetensi Wartawan (UKW) angkatan pertama. Kegiatan UKW berlangsung selama dua hari, Sabtu – Minggu pada tanggal 12 – 13 Februari 2022 waktu lalu, di Gedung F Lantai 5 kampus tersebut. Seperti diketahui, Unitomo merupakan salah satu dari 30 lembaga di Indonesia yang dipercaya Dewan Pers untuk menyelenggarakan kegiatan UKW.

dikutip dari jatimpos.co, pernyataan Wakil Ketua Dewan Pers, Hendry Ch. Bangun yang berkesempatan memberi sambutan pada acara penutupan kegiatan (UKW) angkatan pertama di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, melalui via zoom. Ia menyampaikan ucapan selamat kepada 20 peserta yang lulus dan dinyatakan kompeten.

Foto Spesial : UKW Pertama di Unitomo Surabaya/JP.co.

“Selamat bagi 20 peserta UKW Unitomo Angkatan Pertama yang dinyatakan berkompeten. Perlu diketahui, tantangan yang dihadapi media massa di era digital ini semakin berat. Berdasarkan hasil survei, 70 persen masyarakat mencari informasi melalui media sosial, baru mereka nge-cek ke media massa,” tandasnya.

Hendry berharap, langkah Unitomo menggelar UKW bisa terus dilakukan sebagai bentuk peningkatan mutu SDM awak media.

ia juga berpesan, siapapun yang bisa lolos dari UKW atau dinyatakan kompeten, adalah wartawan yang bisa membuktikan jika tugas dan profesi sudah sesuai dengan track yang benar. Namun, bagi yang belum lolos, bukan berarti semua sudah selesai, karena masih ada kesempatan pada UKW berikutnya.

Menarik untuk diangkat sebagai reverensi bagi kita Jurnalis, yang dikutip dari antara, Pernyataan Wartawan senior dan Konsultan Komunikasi, Aat Surya Safaat, yang sangat mengedukasi kita, dirinya mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini media online berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, didorong oleh semakin majunya teknologi informasi yang ternyata kemudian menyebabkan banyak media cetak “gulung tikar” dan beralih ke edisi online.

Di sisi lain, di kalangan masyarakat berkembang apa yang disebut citizen journalism (jurnalisme warga). Citizen Journalism adalah aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (yang bukan wartawan).

Foto Spesial : Wartawan senior Aat Surya Safaat/google.

Jurnalisme warga ini mempunyai peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebaran berita serta informasi. Tipe jurnalisme ini menjadi sebuah tren baru bagaimana warga bisa membuat dan menyebarkan informasi dalam bentuk teks, audio, komentar, dan analisis.

Khusus kebebasan pers di Indonesia dalam perkembanganya cenderung ”kebablasan”, ditandai banyaknya media yang menyiarkan berita-berita dengan cara yang tidak berimbang, sensasional, dan “miskin” informasi karena banyak yang tidak berdasarkan fakta dan berangkat dari isu yang tidak jelas sumbernya.

Menghadapi perkembangan pers di Tanah Air sebagaimana diuraikan di atas, bekal apa yang harus dimiliki oleh seorang wartawan, termasuk di masa pandemi COVID-19?

Ditegaskan pula bahwa pers nasional mempunyai fungsi sebagai media infomasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial, di samping dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Gelombang digitalisasi media tentu perlu dihadapi dengan bijak. Tak hanya oleh lembaga atau perusahaan media, tapi juga para jurnalis. menarik untuk diulas kembali pembahasan di amsi.or.id, hal itu diakui Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan, saat ini jurnalis menghadapi tantangan yang tak dihadapi generasi sebelumnya.

“Kompetisi jurnalis tidak hanya dengan sesama jurnalis, tapi juga dengan platform seperti media sosial yang membuat pekerjaannya jadi lebih menantang,” kata Manan, (13/03/2019).

Di masa lalu, lanjut redaktur di Tempo ini, jurnalis bisa menjadi sumber utama informasi bagi publik. Kini, peran itu juga dilakukan media sosial. Situasi inilah yang kemudian ikut berkontribusi bagi berkurangnya pemanfaatan media konvensional dan pergeserannya ke media sosial. Tantangan baru ini juga membutuhkan jurnalis yang punya skill tambahan. Bukan hanya agar tak sama dengan generasi sebelumnya. Yang utama adalah supaya ada nilai lebih dari informasi yang disampaikan, sehingga publik lebih tetap mempercayai media.

Mantan Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Media Independen ini menggarisbawahi, hampir semua praktisi media di Indonesia punya satu pandangan sama, bahwa masa depan kita ada di digital. Namun yang berbeda adalah bagaimana cara mempraktikkannya. Praktik ini dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu kesiapan modal, teknologi, dan juga sumber daya manusianya, termasuk dalam soal bisnis.

“Namun fakta yang harus disadari, kue digital belum semanis yang diduga banyak orang pada awal-awal tumbuhnya media online. Sebab, kenyataannya, sebagian besar kue digital masih banyak lari ke mesin pencari dan media sosial,” ingat Manan.

Foto Spesial : Abdul Manan, Ketua AJI/Google.

Terkait isu tingkat kesejahteraan wartawan, kata Manan, untuk media online besar di Jakarta, kesejahteraannya sudah cukup baik. “Minimal di atas upah minimum. Namun situasi itu belum dicapai oleh banyak media online di daerah, yang masih dalam tahap rintisan atau perjuangan,” akunya.

Menanggapi pernyataan Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut dalam Rakernas AMSI beberapa hari lalu, banyaknya medium penyampai pesan semakin membuka kemungkinan hoaks, Manan menilai, platform media sosial, tidak terelakkan, menjadi medium yang sangat mudah untuk menyebarkan informasi bohong, palsu atau melakukan disinformasi.

“Karena watak dari medsos yang tak punya aturan yang ketat. Misalnya, orang mudah bisa anonim, dan membuat serta menghapus akun juga sangat mudah. Ini memberi iklim yang bagus bagi orang yang ingin melakukan praktik buruk di medsos,” ujar Manan.

Sementara media massa memiliki banyak regulasi dan etika yang jelas dalam mempublish informasi, dan itu membuatnya jauh lebih berhati-hati. Sebab, risikonya cukup besar. Misal, bisa digugat dan masih banyak lagi. Konteks ini yang kemudian bisa menjelaskan, mengapa ada trend penurunan kepercayaan terhadap medsos dan naiknya trust kepada media.

“Sebab, berita bohong dan ujaran kebencian saat ini dengan mudah tersebar di medsos, dan ini menjadi sumber ketidakpercayaan tersendiri,” tegasnya.

Manan kemudian mengingatkan, ini jadi kesempatan yang baik bagi media untuk merebut kembali kepercayaan publik. Tentu saja dengan caran tetap mempraktikkan good journalism, karena itulah yang akan menjadi pembeda antara media massa dengan media sosial. Abdul manan juga berharap AMSI bisa menjadi motor untuk sejumlah inisatif-inisiatif baru dan kreatif para pelaku media online.

Dengan tantangan yang begitu besar, media online perlu bekerja bersama untuk menghadapinya. Termasuk untuk mencari model bisnis digital yang belum sepenuhnya ditemukan, iklim jurnalisme media online yang kerap dipertanyakan karena banyak menjual hal-hal kurang penting bagi publik, dan masih banyak lagi.

keberadaan Asosiasi perusahaan Pers sebagai wadah Organisasi Perusahaan Media diharapkan bisa menjadi tempat bagi inisiatif-inisiatif yang positif. Yang kemudian bisa dibahas, didiskusikan, dan diimplementasikan. Sebab, lanjutnya, masalah yang ada ini terlalu besar untuk dihadapi sendiri-sendiri oleh media.

Keberadaan organisasi seperti ini juga diharapkan dapat membantu media meningkatkan kemampuan media beradaptasi, dengan cara saling belajar dari keberhasilan dan kegagalan media online lainnya. Selain itu, juga bisa menjadi pendorong lebih banyak kerja kolaborasi sesama media online. (Ketua KJL/F2)

Sumber :

https://diskominfo.jatengprov.go.id/2019/2021/04/08/wartawan-dituntut-punya-banyak-keahlian/

https://www.jatimpos.co/pendidikan/7790-unitomo-surabaya-sukses-selenggarakan-ukw-angkatan-pertama

https://banten.antaranews.com/berita/146524/tantangan-bagi-wartawan-di-era-digital

https://www.amsi.or.id/hadapi-digitalisasi-media-jurnalis-butuh-skill-tambahan/