Kabar1lamongan.com – Abdul Rahman yang kerap di sapa Cuplis Gentho seorang seniman seni lukis dari Banjaran, Banjarejo kecamatan Sukodadi, Lamongan. Selain mahir dalam melukis yang dibuktikan dengan berbagai karyanya, sisi lain juga, memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Selasa, 11/05/2021 pukul 09:00 WIB Abdul Rahman bersama dengan dua rekannya Fina dan Riyana yang juga satu profesi di dunia seni lukis, mereka bersama-sama bergerak menuju desa Bambang kecamatan Turi, Lamongan. Mereka melakukan santunan dengan memberikan Sembako dan hasil karyanya.
“Saya melakukan ini tidak ada maksud lain dengan niat tulus dan iklhas, Saling tolong menolong kepada sesama. Karena sejatinya hidup itu harus tolong menolong sesuai dengan kemampuan masing-masing” Ujar Cuplis seniman gondrong kepada wartawan kabar1lamongan.com
Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam membantu dan menolong orang lain. Seperti halnya yang di lakukan oleh Cuplis Gentho kepada Rokhim (27) penderita kaki gajah dan Aprilia adiknya yang menderita jantung bocor
“Dia seorang anak yatim, bapaknya suda meniggal dunia. Mas Rokhim juga sebagai tulang pugung keluarga, dia bekerja sebagai tukang potong rambut dan memperbaiki jala yg rusak”terangnya
“Saya lihat nampak kegembiraan di raut wajah Mas Rokhim dan adiknya saat kami memberikan hasil karya lukisan kami, yang tidak lain isi lukisan itu Aprilia” tambah Abdul Rahman
Terkait dengan penanganan kondisi Rokhim dan adiknya Cuplis juga menyampaikan kepada pihak Kabar1lamongan.com bahwa, sudah di tangani oleh pihak pemerintah desa dan minggu lalu pihak Forkompimcam Turi Bersama-sama Baksos.
“Permasalahan ini sudah di tangani oleh pihak pemerintah desa Bambang bersama Forkompimcam Turi jauh sebelumnya. Minggu lalu juga pihak Forkompimcam Turi datang memberikan bantuan sosial” ujar Gentho
Aksi sosial serupa juga telah dilakukan oleh Cuplis Gentho kepada seorang anak perempuan di Kedungpring, Dimana anak tersebut menjadi tulang punggung keluarga karena seorang ayah sakit karena kecelakaan.
“Setiap orang pasti dapat membantu memberikan bantuan dalam bentuk materiel, tetapi tidak semua orang dapat memberikan bantuan berupa karya, dimana karya itu kami buat dengan hati dan perasaan yang memerlukan penjiwaan” Pungkas Cuplis. (yos’03)